Info Terbaru 2022

Perbedaan Penyakit Aids Dan Hiv

Perbedaan Penyakit Aids Dan Hiv
Perbedaan Penyakit Aids Dan Hiv
Ada banyak alasan mengapa khalayak umumnya beranggapan bahwa AIDS dan HIV yaitu dua hal yang sama. Salah satu yang paling memengaruhi yaitu penyebutan dua kata—atau akronim—tersebut secara berbarengan, meski dipisah dengan garis miring. Tengoklah contohnya kepanjangan dari kependekan ODHA, Orang Dengan HIV/AIDS, hari HIV/AIDS sedunia, waspada HIV/AIDS dan lain sebagainya. Tak heran, dua kata tersebut sering diprtukarkan dan info yang benar mengenai hal yang demikian masih menjadi barang mahal. Kesalahpahaman tersebut terus berlanjut seiring dengan minimnya sosialisasi mengenai penyakit ini maupun keengganan untuk mencaritahu info seputar HIV/AIDS, terkecuali bagi mereka yang berkepentingan untuk keperluan studi, penelitian atau pengobatan.

Hal yang menyamakan dua kata tersebut yaitu lantaran keduanya merupakan nama bagi penyakit atau gangguan kesehatan yang dalam level tertentu sanggup sangat mengganggu bahkan mengancam keselamtan jiwa. Selain itu, keduanya berbeda dalam banyak hal. Berikut yaitu perbedaan AIDS dan HIV tersebut :

1. Definisi

HIV yaitu Human Imunodeficiency Virus. Seperti yang digambarkan dalam kepanjangannya, HIV yaitu menurunnya tingkat imunitas (daya tahan manusia) sehingga penderita HIV tak ubahnya magnet bagi aneka macam penyakit. Tak hanya itu, menurunnya sistem kekebalan tubuh juga mengakibatkan penyakit yang nantinya masuk tidak gampang bahkan tidak sanggup diobati sehingga tubuh akan kehilangan daya lantaran digerogoti aneka macam penyakit.

AIDS, di sisi lain, yaitu kependekan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome. Ini menggambarkan bahwa kalau HIV yaitu semacam potensi atau tanda-tanda awal, maka AIDS yaitu dampak lanjutannya. Jika HIV sekadar merupakan virus, maka AIDS sudah menampakkan gejala-gejala virus tersebut dengan melumpuhnya daya tahan tubuh dan beragamnya penyakit yan menggerogoti. AIDS disebut sindrom lantaran penderitanya menderita penyakit dan infeksi secara bersamaan.

2. Cara Kerja

HIV menggerogoti tubuh dengan cara menghancurkan sel-sel darah putih yang berfungsi memerangi kuman dan penyakit serta lazim disebut Limfosit T. Ketika sel-sel tersebut bertahap hancur lantaran digerogoti oleh virus HIV, tubuh akan kehilangan daya untuk melawan kuman dan penyakit yang masuk melalui makanan, minuman, udara dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan AIDS, maka infeksi HIV terjadi ketika virus gres membunuh Limfosit CD4 dari sistem imun tubuh.
Sementara itu, AIDS terjadi ketika virus tersebut sudah berhasil menggerogoti sel darah putih dalam jumlah yang besar dan terjadi penurunan Limfosit T yang serius (jumlah CD4 di bawah 200). Ini biasanya ditandai dengan infeksi serius yang tidak sanggup disembuhkan mengingat sel darah putih bertugas menyembuhkan luka dan menjalankan tugas-tugas ‘perbaikan’ manakala ada ‘kerusakan’ dalam tubuh.

3. Gejala

Dalam sebagian besar kasus, pasien yang terinfeksi HIV tidak mengatakan gejala-gejala mencurigakan. Ia hidup layaknya orang lain dan terjangkit penyakit-penyakit ringan namun sanggup sembuh dalam waktu yang relatif singkat dan pengobatan ringan.
Sponsors Link

Penyakit dan gangguan kesehatan tersebut di antaranya yaitu batuk produktif, keringat malam, demam menggigil, ruam kemerahan, sakit tenggorokan, nyeri sendi dan otot, penurunan berat badan, kesemutan di bab tangan, kaki dan wajah, sariawan, depresi, kehilangan nafsu makan, gampang lelah, depresi, kebingungan hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Kondisi ini hanya menempatkan pasien pada posisi rentan saja, akan tetapi penyakit biasanya tidak berkelanjutan ketika itu juga. Ini disebakan jumlah sel darah putih yang dirusak sistem belum terlalu banyak sehingga tubuh masih mempunyai daya untuk memberi pertahanan melawan virus, basil atau kuman yang masuk.

Ketika pasien HIV tidak terdiagnosis dan jadinya tidak menerima perawatan dan penanganan serius, HIV pun akan merembet menjadi AIDS di mana kekebalan tubuh yang perlahan menurun mulai mengatakan tanda dan gejalanya. Tanda dan tanda-tanda ini bergantung dari tingkat infeksi dan atau seberapa banyak sel darah putih yang telah dilumpuhkan. Namun demikian secara umum, tanda-tanda yang tampak bagi pasien AIDS adalah gejala TBC, pneumonia, kanker, sarkoma dan infeksi penyakit lain. Gejala-gejala ini bahkan sanggup tampak hingga 10 tahun sehabis si pasien pertama kali terinveksi virus HIV. Namun begitu, virus HIV sanggup bermetamorfosis AIDS dalam jangka waktu yang cepat pada kasus-kasus tertentu semisal usia pasien yang tua, pasien dengan gizi jelek dan stress tinggi serta mereka yang menjalani rujukan hidup tidak sehat. Perubahan virus HIV ke penyakit AIDS memakan waktu dari 2-15 tahun.

4. Hubungan HIV dan AIDS

Setiap orang yang menderita AIDS niscaya terjangkit virus HIV namun tidak semua pasien yang terkena virus HIV –dapat, sedang, telah dan atau akan—menderita AIDS. Ini utamanya berlaku bagi pasien yang melaksanakan investigasi dan diganosa dini serta menjalani perawatan yang tepat. Virus HIV umumnya akan lumpuh, meski tidak seluruhnya, sehingga pasien mempunyai kesempatan hidup lebih usang dan tidak hingga merasakan penyakit AIDS.

5. Penularan

HIV sanggup menulari siapapun dengan empat medium, yakni darah, cairan sperma, cairan vagina serta kandungan. Namun demikian, AIDS hanya sanggup menjangkiti mereka yang terinveksi virus HIV.

Dengan pengetahuan mengenai media-media penularan tersebut, ODHA seharusnya memang tidak dikucilkan dari masyarakat alasannya yaitu baik mereka mempunyai virus HIV saja atau sudah terjangkit AIDS, berinteraksi dengan mereka secara sehat tidak akan mengakibatkan penularan apapun. Kampanye ini sudah usang didengungkan lembaga-lembaga sosial, akan tetapi perilaku antipati di masyarakat terhadap ODHA agaknya belum banyak berkurang.

6. Pengobatan

Jika Anda sering mendengar dialog mengenai HIV/AIDS sebagai penyakit yang belum ada obatnya hingga dikala ini, info tersebut ada benarnya, yakni hanya berlaku bagi mereka yang telah mengidap AIDS. Meskipun tindakan perawatan dan pengobatan masih sanggup dilakukan dengan aneka macam cara, secara khusus memang belum ditemukan obat untuk mengatasi dan mengobati penyakit tersebut. Namun demikian, virus HIV masih sanggup dilumpuhkan dengan antivirus dan vaksin sehingga pemeriksaan, diagnosa serta perawatan dan pengobatan dini terhadap pasien dengan HIV menjadi begitu penting.

Hal yang tak kalah penting yaitu menjaga gaya hidup sehat, setia pada pasangan serta rajin berkonsultasi kepada dokter sekaligus rajin melaksanakan check-up. Alternatif memakai alat kontrasepsi berupa kondom juga perlu dipertimbangkan bagi mereka yang mengidap HIV/AIDS semoga tidak menulari pasangannya. Komunikasi dan keterusterangan yang demikian menjadi penting untuk menyelamatkan jiwa pasangan yang dicintai.


Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90